6 mei 2016
Data 2008: Rata2 energi dunia 40%nya dipakai bangunan. Data 2009: amerika menggunakan 48% energinya untuk bangunan. Walaupun telah ada leed. Masalahnya barangkali di sini. Pakai sensor lampu. Maka dapat nilai bagus. Pakai kaca reflektor berteknologi tinggi. Nilai bagus. AC berteknologi tinggi mengatur suhu antar ruangan bisa berbeda2 dan tidak terpusat. Nilainya bagus. Pakai material pabrikan yang seragam. Bernilai bagus karena mengurangi sampah sisa material. Dll.
Padahal yang mestinya dinilai bagus sekali adalah tidak pakai semua itu. Mungkin lebih baik didorong bangunan pasif yang menyesuaikan iklim dengan teknologi rendah bermaterial alami yang mudah terurai kembali ke bumi tanpa perlu banyak energi untuk membuatnya dan tidak perlu pabrik besar jauh2 atau cukup hanya dikerjakan pengrajin material di tempat asal materialnya masing2 dan tidak perlu transportasi jauh serta punya hubungan saling bergantung antara kelestarian sumber daya alam dengan pembuatan material tersebut.
Ya. Memang saya dan kita perlu masih terus belajar hidup lebih ramah lingkungan. Tidak mudah. Mudah sekali dikelabui pemasaran aneka produk2 hijau yang sebetulnya tidak diperlukan. Misalnya saja daun pisang bisa menggantikan pembungkus makanan 'hijau'.
Begitu juga pilihan2 berarsitektur. Fasad anyaman pelepah sagu yang mundur dan terlindung panas matahari langsung lebih baik daripada kaca reflektor canggih yang diproduksi di pabrik entah di mana.
Gimana pendapatmu? Jangan2 aneka perangkat penilaian bangunan hijau itu banyak unsur pembenaran atas perasaan bersalah menggunakan banyak energi dan material modern yg sebetulnya tdk betul2 ramah lingkungan
image courtesy by facebook yu sing |
Apa itu #bangunanhijau / #greenbuilding?
Sejak 1993 amerika punya dewan bangunan hijau. Lalu mengeluarkan
standar sertifikasi bangunan hijau LEED (Leadership in Energy and
Environmental Design) di tahun 2000 yang sangat baik dan detail serta
menjadi acuan/referensi banyak negara termasuk indonesia.
Namun sertifikasi tinggi bangunan hijau belum tentu betul2 #ramahlingkungan. Gambar di atas memberikan ilustrasi yang sangat baik tentang hebatnya
pemasaran yang membuat segala aspek konsumerisme menjadi seolah2 'hijau'
tapi tetap konsumtif.
Data 2008: Rata2 energi dunia 40%nya dipakai bangunan. Data 2009: amerika menggunakan 48% energinya untuk bangunan. Walaupun telah ada leed. Masalahnya barangkali di sini. Pakai sensor lampu. Maka dapat nilai bagus. Pakai kaca reflektor berteknologi tinggi. Nilai bagus. AC berteknologi tinggi mengatur suhu antar ruangan bisa berbeda2 dan tidak terpusat. Nilainya bagus. Pakai material pabrikan yang seragam. Bernilai bagus karena mengurangi sampah sisa material. Dll.
Padahal yang mestinya dinilai bagus sekali adalah tidak pakai semua itu. Mungkin lebih baik didorong bangunan pasif yang menyesuaikan iklim dengan teknologi rendah bermaterial alami yang mudah terurai kembali ke bumi tanpa perlu banyak energi untuk membuatnya dan tidak perlu pabrik besar jauh2 atau cukup hanya dikerjakan pengrajin material di tempat asal materialnya masing2 dan tidak perlu transportasi jauh serta punya hubungan saling bergantung antara kelestarian sumber daya alam dengan pembuatan material tersebut.
Ya. Memang saya dan kita perlu masih terus belajar hidup lebih ramah lingkungan. Tidak mudah. Mudah sekali dikelabui pemasaran aneka produk2 hijau yang sebetulnya tidak diperlukan. Misalnya saja daun pisang bisa menggantikan pembungkus makanan 'hijau'.
Begitu juga pilihan2 berarsitektur. Fasad anyaman pelepah sagu yang mundur dan terlindung panas matahari langsung lebih baik daripada kaca reflektor canggih yang diproduksi di pabrik entah di mana.
Gimana pendapatmu? Jangan2 aneka perangkat penilaian bangunan hijau itu banyak unsur pembenaran atas perasaan bersalah menggunakan banyak energi dan material modern yg sebetulnya tdk betul2 ramah lingkungan