20 april 2016
Bismillahirrahmanirrahim
#KematianAlamiah
Cara alamiah atau sintetik.
Jadi, selain lahan pertanian diancam oleh aneka pengembang dan korporasi investasi besar dan menengah dengan berbagai fungsi gaya hidup kekinian, lahan pertanian yang ada pun sejak jaman orde baru telah diambil alih oleh produk2 buatan, bergantung pada pupuk dan obat hama kimia. Apakah betul bahwa pupuk, insektisida & herbisida kimia hanya satu2nya harapan bagi pemenuhan kebutuhan pangan?
Bismillahirrahmanirrahim
- بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
kota maju ini menjadi kota matiimage courtesy by renovasi-ku |
Cara alamiah atau sintetik.
Pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengancam banyak hal. Hutan
berkurang. Pertanian menyusut. Sampai tahun 1950 penduduk dunia baru 2.5
milyar orang. Tiba2 di tahun 2015 sudah mencapai 7.3 milyar. Hanya
dalam waktu 65 tahun peningkatannya hampir 3x lipat.
Kekurangan pangan dunia mengancam seiring lahan pertanian yang justru
makin menyusut. Selain kebutuhan perumahan yang makin besar, manusia
lebih terdorong untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daripada pertanian.
Pada era akhir presiden SBY, setiap tahun Indonesia kehilangan 100.000
hektar lahan pertanian. Walaupun pemerintah klaim telah kembalikan
60.000 hektar dengan membuka lahan pertanian baru, produktivitasnya
masih diragukan. Food estate di ketapang kalimantan barat seluas 3 ribu
ha, akan diperluas 20 ribu ha, dengan ambisi 100 ribu ha, yang
dicanangkan menteri bumn pak dahlan iskan waktu itu, di tahun 2015 saya
lihat ke sana dalam kondisi terbengkalai dan ditinggalkan. Habis semua
dimakan hama belalang.
Asumsi bahwa jumlah produksi pertanian dengan cara organik tidak akan
cukup menyediakan kebutuhan pangan, sejak dahulu telah dikembangkan
aneka produk pertanian non organik. Bibit, pupuk, obat hama pertanian
semuanya hasil buatan pabrik. Ada kepentingan korporasi besar. Saya lupa
angkanya persisnya, mungkin sekitar 80% bibit tanaman pertanian di
indonesia itu adalah hasil ekspor. Bisnis yang besar.
Jadi, selain lahan pertanian diancam oleh aneka pengembang dan korporasi investasi besar dan menengah dengan berbagai fungsi gaya hidup kekinian, lahan pertanian yang ada pun sejak jaman orde baru telah diambil alih oleh produk2 buatan, bergantung pada pupuk dan obat hama kimia. Apakah betul bahwa pupuk, insektisida & herbisida kimia hanya satu2nya harapan bagi pemenuhan kebutuhan pangan?
Masanobu Fukuoka (1913-2008), petani revolusioner dari jepang,
mengembangkan pertanian alamiah yang volume produksi kebunnya bisa sama
dengan produksi kebun yang dikelola tidak alami. Masanobu adalah ilmuwan
agrikultur dan mikrobiologis yang di usia 25 tahun keluar dari
pekerjaannya karena tidak percaya bahwa agrikultur cara 'modern' adalah
yang benar dan baik. Sejak itu masanobu bertani. Dan kini buku2nya,
salah satunya 'revolusi sebatang jerami' menjadi inspirasi di seluruh
dunia.
Insektisida kimia dapat menghindarkan tanaman dan sayuran dari hama2
serangga. Tapi kita juga tahu bahwa semua serangga ikut mati. Termasuk
serangga2 pembantu petani, pemangsa hama alami. Pupuk kimia dan
herbisida berlebihan juga membuat tanah menjadi keras. Cacing dan aneka
hewan penyubur tanah tersingkir. Serangga cacing dll musnah. Burung2
kehilangan makanan. Ekosistem terganggu secara berantai.
Puncak kekagetan kondisi ini ditulis dalam buku ahli ilmu lingkungan,
rachel carson, 1962 berjudul the silent spring. Setelah perang dunia ke 2
berakhir, sisa2 bahan2 perang spt mesiu dll masih melimpah. Pabrik
kimia memutar otak membuat pabrik obat hama sintetik menggunakan bahan2
bekas perang itu. Dipakailah di amerika secara massal. Akibat penggunaan
pestisida sintetik yang berlebihan, membuat suatu masa musim semi
tersepi. Tidak ada suara burung. Serangga lenyap. Kerusakan lingkungan
meningkat cepat. Akibat buku ini penggunaan DDT dilarang.
Apakah dunia sudah sadar dan kembali ke cara2 alamiah dan organik? Masih
jauh dari itu. Penelitian pertanian alamiah sepertinya kalah jauh
tertinggal dari penelitian pertanian tidak alami. Ingat kepentingan
ekonomi manusia lebih diutamakan. Pertanian alamiah berarti bibit alami
yang bisa dibudidayakan petani tanpa terus beli. Pupuk alami berarti
petani bisa buat sendiri. Obat2 hama alami berarti tidak bisa dikuasai
pasar korporasi besar.
Saat ini telah lama berkembang bibit transgenik hasil rekayasa genetika.
Monsanto adalah perusahaan amerika yang sangat besar dalam
mengembangkan korporasi pertanian dengan bibit transgenik (gmo). Membuat
petani bergantung sepenuhnya kepada monsanto dan perusahaan sejenis
agar pertaniannya dapat panen dengan iming2 produktivitas yang tinggi
dan pasti. Walau kenyataannya juga banyak yang gagal.
Indonesia juga membuka diri pada bibit transgenik ini.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/1347/Monsanto-Jadikan-RI-Basis-Produksi-Benih-Jagung
.
Masih perlu banyak pertanyaan dan keraguan karena banyak aktivis
lingkungan, pertanian, & kesehatan di seluruh dunia menolak bibit
transgenik ini karena dampaknya yang bisa fatal buat kesehatan manusia
bila dikonsumsi dalam jangka panjang. Tapi yang jelas dan pasti
kebergantungan pada korporasi tidak mungkin bisa membuat petani berdaya
dan menanjak kesejahteraannya, dibandingkan bila petani diajarkan
pertanian alamiah dengan mandiri.
Kemandirian pertanian alamiah juga adalah jalan masuk kegotongroyongan
bersama2 kelompok saling berbagi informasi. Hidup yang lebih
berkualitas. Alam lingkungan yang lebih sehat.
Menghabiskan seluruh serangga tanpa pandang manfaatnya dalam ekosistem,
adalah cara sangat kasar dan gegabah. Kita semua mungkin mudah setuju
dalam pernyataan ini. Karena menyangkut hewan. Bukan dunia manusia.
Lebih mudah diterima tanpa memihak. (soal perlu tidaknya obat hama kimia
itu lain topik lagi. Prinsipnya serangga dan ekosistem lain tidak boleh
dimusnahkan tentu semua setuju).
Tetapi berhubung profesi saya arsitek, saya juga melihat hal yang sama
dalam dunia perkembangan kota. Manusia2 lemah miskin kecil digusur
disingkirkan dengan cara tidak alamiah tanpa pandang bulu. Tidak dipilah
pilah. Tidak diajak dialog dengan sungguh2, tidak seperti masanobu
berdialog dengan alam dan kebunnya. Tidak melihat masalah dari sudut
pandang yang lebih luas, mengapa ada kumuh? Mengapa ada urbanisasi?
Mengapa ada kemiskinan? Mengapa ketidakadilan sekian puluh tahun tidak
diperhitungkan sebagai kegagalan yang harus diperbaiki?
Di mana2 terjadi di banyak kota besar.
Serupa seperti halnya pertanian, kepentingan ekonomi lebih utama bagi
manusia daripada pertanian itu sendiri. Demikian juga dalam kasus2
penggusuran paksa. Tidak peduli kerusakannya pada banyak (mental) anak,
pemuda, ibu, orangtua.
Akankah nanti kota2 maju ini menjadi kota2 mati? Seperti the silent
spring?